Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dari Kementerian Keuangan yang diterima oleh Kabupaten Blitar sebagai salah satu daerah penghasil tembakau dipergunakan seoptimal mungkin untuk pembangunan daerah. Salah satu sasarannya adalah para petani tembakau.
Kegiatan pemberdayaan petani tembakau dilaksanakan oleh Pemkab Blitar melalui Dinas Pertanian dan Pangan dengan gelar Sekolah Lapang Good Agricultural Practices (SLGAP). Sekolah lapang ini salah satunya digelar di Desa Kedawung, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Senin (29/04/2019) dengan diikuti puluhan petani dari desa setempat.
Kasi Penyuluhan Dinas Pertanian dan Pangan Pemkab Blitar, Anita Anis Rahayu, mengatakan lewat sekolah lapang ini petani diajak belajar pembibitan tembakau secara baik dan benar.
“Kami berharap ilmu yang didapat dari sekolah lapang ini bisa memberikan manfaat untuk petani tembakau. Dalam menciptakan tembakau berkualitas diperlukan persiapan matang agar hasil yang dicapai dapat optimal. Tembakau berkualitas sudah tentu butuh persiapan bibit yang baik,” ungkap Anita.
Dikatakannya, sekolah lapang ini dilakukan untuk memberikan pembinaan kepada petani tembakau agar bisa lebih meningkatkan produktivitas tanaman tembakaunya tahun ini. Selain itu juga sebagai motivator bagi para petani tembakau lebih meningkatkan areal tanamnya tahun ini. Seperti misalnya membangkitkan ciri khas tembakau di daerahnya masing-masing.
Imbuh Anita, adapun materi yang diberikan dalam sekolah lapang ini meliputi pengamatan lapang, penyampaikan materi oleh narasumber dari Balitas Malang dan sharing diskusi.
“Pengamatan kami baru beberapa saja petani yang memahami benar pembibitan yang baik. Dengan sekolah lapang ini seluruh petani bisa benar-benar memahami budidaya pembibitan yang baik sehingga produksi tembakaunya akan meningkat dengan keuntungan yang meningkat pula,” sambungnya.
Narasumber sosialisasi Slamet dari Balitas Malang, dalam paparannya menyampaikan materi penanganan benih dan persemaian tembakau. Menurutnya, peranan benih berpengaruh besar terhadap produksi dan kualitas tembakau. Berdasarkan penelitian Balitas, kualitas bibit dan benih bisa meningkatkan produksi sekitar 30%.
“Oleh sebab itu pelatihan ini sangat penting untuk membekali petani. Biasanya penanganan benih yang dilakukan petani itu setelah dari sawah dari kebun langsung ditaruh di rumah, kemudian baru dirontokkan agar biji keluar dari kulitnya. Tapi petani belum berpengalaman proses benih dari penelitian, ini yang hari ini kami sampaikan,” katanya.
Pembibitan benih yang baik dan benar menurut penelitian, imbuh Slamet, yakni kriteria panen benih yang baik yakni sekitar 70 persen buah sudah matang. Kecenderungan yang seringkali terjadi, petani memanen bibit tembakau ketika kapsul telah berwarna kecoklatan, hal ini menurut dia merupakan cara yang tidak benar.
“Bila dipanen ketika telah berwarna kecoklatan dikhawatirkan kadar airnya menurun. Jadi bila kadar airnya menurun maka daya berkecambahnya juga rendah dan daya simpannya tidak tahan lama. Jadi harus 70% itu kecoklatan dan 30% nya hijau kekuningan,” paparnya.
Sekolah lapang yang digelar kali ini diikuti secara antusias oleh para petani, mereka bersemangat mengikuti seluruh sesi. Mantri Tani Kecamatan Nglegok, Pardi, berharap dengan sekolah lapang ini bisa memproduksi bibit sendiri dan meningkatkan kualitas produksinya.
“Petani di sini sejak dulu memproduksi bibit sendiri. Namun demikian jumlahnya tidak terlalu banyak. Semoga setelah pelatihan SLGAP ini produksi dan kualitasnya semakin meningkat,” pungkasnya.***
Sumber: BlitarTimes